Tampilkan postingan dengan label Story. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Story. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 07 Desember 2024

85 Jam di Pekanbaru (Game dan CFD) - bagian 2

Tulisan ini pertama kali dibuat bulan April 2016 oleh Rahayu Wulandari

Hai hooo

Buat yang komen di postingan kemarin dan nanya ‘udah jadian apa belum’, percaya deh gaes. Gue dan Darma nggak pacaran. Hehehee
Kita pure temen deket. Deket bangetlah pokoknya. Darma anaknya nyambung diajak ngobrol. Apalagi kalo ngobrolin dada dan paha. Nyambung banget.
Buat yang doain langgeng, gue cukup mengamininya. Langgeng pertemanannya. Hehheeew

Untuk kedepannya, jodoh siapa yang tau :))

Next kelanjutan cerita 85 jam di Pekanbaru.


                                             

 Sabtu, 26 Maret 2016

Di pagi hari ini, gue sarapan nggak sendiri. Gue sarapan ditemani oleh  Darma. Yaa meskipun Darma sesekali bilang, ‘’ Nasi gorengnya asin. ‘’
Padahal yang bikin nasgornya Ibu. Ini maksudnya Ibu gue pengen kawin lagi gitu? Yawlaaa
Menurut gue, sebenernya nggak terlalu asin sih. Mungkin lidah Darma belum terbiasa aja dengan masakan Ibu yang orang Padang atau masakan khas Melayu di sini.
Sampai akhirnya jam menunjukkan pukul setengah delapan. Gue pamit berangkat kerja dan Darma melepas gue berangkat kerja dengan berdiri di depan pintu.

INI NGAPA KEBALIK.
KOK LAKI-LAKI YANG NGELEPAS PEREMPUAN PERGI KERJA.


Seperti biasa, di hari Sabtu, jam kerja gue hanya setengah hari. Setelah sampai rumah, gue langsung mandi, zuhuran dan makan. Baru saja gue menyudahi makan siang, tiba-tiba Darma mengirim sms ke gue.

  ‘’ Gue ke rumah ya. ‘’

Tidak sampai lima menit, Darma sudah hadir di depan pintu rumah gue.

Siang itu, gue dan Darma saling bertukar cerita. Aneh rasanya. Yang biasanya handphone gue bising, super rame, kali itu mendadak hening. Siang itu benda kecil yang biasanya gue genggam selalu, tergeletak begitu saja di atas meja dan sama sekali tak mengeluarkan suara notif apapun.

Hari itu, pegel di jari gue akibat keseringan chat, kini berpindah ke mulut.
Terlalu banyak cerita yang ingin kita utarakan. Terlalu banyak gelak tawa yang keluar dari masing-masing mulut kita.

Sampai pada akhirnya, Darma mengusulkan sebuah game. Menulis satu kata dengan jari di punggung. Punggung siapa? Punggung pak lurah.
Dengan peraturan, kalo yang kalah harus dicemongin dengan bedak.
Sebelumnya gue takut kalo itu hanya modus Darma untuk menjepret tali beha gue.
Ditambah lagi, permainannya dimulai dari gue. Tuhkan, kenapa harus dari gue coba. Keliatan banget kan modusnya Darma.
Sampai akhirnya Darma berkata, ‘’ Gue nulis hurufnya di sini aja deh. Ntar kena beha lu. ‘’

Alhamdulillah.  #DarmaNaqBaik
Darma memilih untuk menulis kata dengan jarinya di bagian punggung bawah gue.

Sampai skors  akhir menunjukkan angka 3-5.
Dan itu terlihat dari tiga cemong bedak di muka gue, dan banyak cemong bedak di muka Darma. Hohohhoo


Kamera gue butek. :( maapkeun
                                    


Darma keliatan kayak anak-anak balita yang habis mandi sore-sore, trus mukanya dicemongin bedak sama emaknya. Tinggal disuapin nasi pake telor dadar aja nih. Udah. Percis.


Dari permainan itu, gue bisa mengambil kesimpulan bahwa,
 ‘’ Punggung gue ternyata lebih peka daripada punggung Darma. ‘’

Okesip.

Malam harinya, Darma datang lagi ke rumah gue. Ini kalo Jakarta bisa pindah ke belakang rumah gue. Darma bisa tiap jam datang ke rumah. Ehhehew.
Malam itu kita kembali saling bercerita. Mengobrol banyak tentang apa saja.
Sampai akhirnya Darma berkata, ‘’ Ini kalo jam segini, biasanya kita telfonan yak. ‘’

Gue diem.

Terharu.

Iya, biasanya setiap malam minggu, Darma menelfon gue.
Kasihan aja lihat jomblo kayak Darma kesepian di malam minggu. Mau nggak mau, gue ngangkat telfonnya. Itung-itung sekalian ngilangin kesepian gue sebagai jomblo.


Malam itu, kita bercerita banyak hingga jam menunjukkan pukul sepuluh malam.



Minggu, 27 Maret 2016


Di Minggu pagi ini, Ayah Darma berpamitan untuk balik ke Jakarta. Dikarenakan besok Senin, Ayah Darma harus kembali bekerja. Setelah selesai bersalaman, Om gue mengantar Ayah Darma untuk menunggu mobil umum yang akan membawanya menuju bandara.Dan di hari ini pula, kakak gue mengajak gue untuk ikut CFD bareng. Gue, Darma dan Nova, adik gue. Kita berempat berangkat dengan dua motor.Jujur, gue nggak pernah ikut CFD. Gue juga nggak tau apa itu CFD. Yang gue tau hanya CFC. Enak. Bikin perut kenyang.Selesai sarapan, kita berempat langsung cus menuju lokasi.

Berhubung Darma baru bisa naik motor, jadi gue dan Ibu masih agak ragu untuk membiarkannya membonceng gue di jalan raya. Alhasil, hari itu gue yang membonceng Darma.
Kang ojek banget gue ya.
Ini kalo ada FTVnya, pasti bakal dikasih judul, ‘Cantik cantik kok ngojek?’

Pagi itu jalanan masih sepi. Cuaca yang mendung menahan agar cahaya matahari pagi itu tidak terlihat.

  ‘’ Jangan kencang dong bawa motornya, ‘’ protes sebuah sahutan suara dari belakang yang membuat gue reflek menurunkan kecepatan motor.

  ‘’ Kenapa? ‘’

  ‘’ Dingin tau. ‘’


Yawlaaa gue mau nangis.

  '' Dingin ya? '' tanya gue.

  '' Iya. ''

  '' LEMAH LU. '' 

Selama di perjalanan, gue bolak-balik memperbaiki posisi baju belakang dan jilbab gue yang terbang-terbang akibat hembusan angin pagi.

  ‘’ Lu kenapa? ‘’ tanya Darma sok perhatian.

  ‘’ Ini baju gue kebuka mulu. ‘’

Entah habis dapat hidayah apa, Darma langsung memperbaiki baju dan memegangi ujung baju gue agar tidak terbuka lagi kena angin.

Leh uga modus Darma.


***


Sesampainya di lokasi CFD, Darma tiba-tiba membuka suara dengan, ‘’ Ini toiletnya di mana ya? ‘’


LAH DIKATA INI MALL ADA TOILET SEGALA.

Untungnya, di dekat lokasi CFD, ada taman kota yang baru dibangun. Dan gue baru ingat kalo di taman itu ada toilet umum. Gue dan Nova akhirnya mengantarkan Darma ke toilet umum.
Beberapa menit setelah Darma menuntaskan tugas sucinya, gue langsung menyuruh Nova untuk memotret foto kami berdua.

Iya. Memang itu tujuan gue membawa Nova. Jadi kang foto.
Gue kakak yang cerdas. 


                                              


Sekali-sekali foto bareng kang foto.



Beberapa menit setelah itu, senam sudah akan dimulai. Gue dan Darma langsung buru-buru mengambil barisan di paling belakang. Sementara Nova? Nova hanya duduk manis sambil mengotak-atik handphone gue.

Di sela-sela gerakan senam yang dipimpin oleh dua orang perempuan instruktur senam, terjadi sebuah obrolan. 

Darma   : Itu kira-kira instruktur senamnya pake beha nggak ya?
Gue       : Hmm kayaknya pake deh


OBROLAN MACAM APA INI!


Seperti anak alay pada umumnya, di sela-sela gerakan senam, Darma mengeluarkan handphonenya dan CEKREK. 


                                          


Muka songong kami yang seolah berkata kami-anak-sehat-loh-rajin-olahraga tersimpan di handphone Darma.
Padahal mah sehat paan. Ini gue baru pertama kali ikut CFD.

Selesai CFD, Gue, Nova dan Darma memutuskan untuk membeli minum. Saat di perjalanan hendak membeli minum, sayup-sayup gue mendengar suara Darma, ‘’ Behanya cantik. ‘’

Ini Darma minta diseret ke bandara dan dipulangkan ke Jakarta banget. Bikin gue kaget aja.

Gue langsung refleks melihat bahu gue. Iya. Ainouw. Jilbab gue terangkat kena angin. Tali beha pink gue terpampang penuh pesona. Gue langsung buru-buru menutupnya dengan memperbaiki posisi jilbab gue.

Setelah selesai membeli minum, gue mengajak Darma untuk duduk-duduk lucu di hutan kota. Darma yang duduk, gue yang lucu.
Di sana, gue menantang Darma untuk lomba jalan cepat dengan melepas sepatu di atas batu-batu koral yang ditancep di jalan setapak. Kayal batu koral yang untuk refleksi gitu. Apa ya namanya. Pokoknya itu deh.
Baru jalan dua langkah, gue langsung merasa sakit. Sementara Darma anteng-anteng aja jalan di depan gue.
Ternyata saat melangkah di batu koral, gue nggak sengaja lihat mantan jalan sama gebetan barunya. Duh sakit.

Enggak deng.

Tapi beneran deh, jalan di jalan setapak yang penuh dengan batu koral itu susah. Nggak kebayang ntar kalo jalan di jembatan shiratal mustaqim. Allahuakbar!

Akhirnya tantangan gue diterima oleh Darma.
Lagi dan lagi, Nova dengan sangat amat baik menjalankan tugasnya. Nova merekam kegiatan absurd gue dan Darma.
Pokoknya di tantangan itu, DARMA CURANG!
Dia ngambil jalur jalan gue. Curang. Minta dirajam banget.


Ini kalo gue mau bikin Paguyuban Merajam Darma, kira-kira ada yang mau ikut nggak ya?


Pokoknya siapa yang ikut = 1 foto ka'bah dengan tulisan '' like yang mau bawa orangtuanya ke sini. Amin ''

Jumat, 06 Desember 2024

85 Jam di Pekanbaru (Selamat Datang) - bagian 1

Tulisan ini pertama kali dibuat bulan Maret 2016 oleh Rahayu Wulandari

Di pertengahan bulan Agustus tahun lalu, gue berkenalan dengan seorang lelaki melalu dunia maya. Lelaki itu seorang blogger. Hmm mungkin diantara teman-teman sudah ada yang tau dengan lelaki tersebut. Ia juga sempat meramaikan kotak komentar di blog ini dengan berbalas komentar yang super aneh. Yang anehnya gue dengan senang hati membalas komentar anehnya. Berarti gue yang lebih aneh. Okesip.

Chat yang awalnya hanya bermula di hangout gmail perlahan beralih pada chat line.
Gue mulai mengenal siapa dia dan bagaimana kesehariannya. Tak jarang di setiap harinya kami selalu berbagi cerita yang kami alami masing-masing. Cerita apapun itu. Mulai dari cerita ngeselin, cerita bahagia, cerita random, cerita kebegoan masing-masing, cerita nggak penting, cerita nggak penting yang sebenernya nggak penting untuk diceritain, cerita nggak penting dan nggak ada faedahnya sama sekali dan berbagai cerita absurd lainnya.

Semenjak kenal dengan lelaki itu, gue perlahan mulai membuka diri. 

Jujur, gue seorang introvert. Meskipun di dalam lingkup keluarga sendiri. Gue nggak bakal membuka mulut dan cerita apapun tanpa ada yang bertanya. Gue nggak bakal berani membuka sebuah obrolan tanpa ada yang mendahului. Gue nggak bisa mengangkat topik pembicaraan untuk dijadikan bahan obrolan. Gue nggak bisa.
Apapun yang gue alami, gue selalu memendam itu sendirian. Gue nggak berani bercerita ke Ayah Ibu di rumah. Baik itu hal yang menyenangkan maupun tidak.

Karena itu, gue lebih memilih untuk menulis apa yang gue rasakan, unek-unek amarah  pada sebuah binder cokelat milik gue.

Gue nggak pernah punya teman cerita.
Maksudnya, gue nggak pernah punya teman yang bisa menerima segala cerita gue dengan respon yang menurut gue nyaman.

Dan dengan lelaki itu, gue mulai menyibakkan diri dari sosok Wulan yang introvert. Gue dengan mudahnya bercerita apapun dengan lelaki itu. Ada perasaan lega setiap kali gue selesai bercerita dan mendapatkan respon darinya. Lega kayak habis boker di jamban.

Itu artinya dia jamban. Eh enggak gitu.

Tapi memang iya sih. Jamban.


Gue nggak pernah menemukan teman ngobrol yang bisa senyaman ini. Apakah ini yang dinamakan teman-ngobrol-nyaman-zone?
HALAH.


Dengan beberapa lelaki yang pernah hadir mengisi hati gue sebelum pada akhirnya mereka tidak hanya mengisi tetapi juga menyakiti. Tsadeeesst.
Gue nggak pernah bisa seterbuka itu dengan para mantan gue yang pernah khilaf jadi pacar gue ketika itu. Hanya sebatas, kamu pacar aku dan aku pacar kamu. Hanya itu. Gue nggak pernah bercerita banyak tentang keseharian gue dengan mereka.
Iya. Gue seaneh itu.

Lelaki itu tidak hanya membuat gue menjadi orang yang terbuka, ia juga bisa membuat gue ngakak bodoh nggak jelas di tengah malam. Cekikikan sendiri dengan mata yang menatap layar handphone. Senyam-senyum sendiri sambil bergumul di dalam selimut.

Lelaki itu juga membuat gue yang ketika itu sempat kelabakan dengan jadwal ujian semester dan jadwal kerja yang melelahkan, menjadi kembali semangat. Ia selalu mengingatkan gue untuk membawa modul ataupun catatan kuliah untuk dibaca-baca di jam istirahat kantor. Tidak hanya itu, ia juga mengajak gue untuk menyelesaikan kisi-kisi soal matematika ekonomi bersama. Dan kemudian ia mengirim foto cara dan hasil penyelesaian soal tersebut. Gue juga mengirim hasil penyelesaian untuk menyocokkan jawaban.

Kalau nggak salah, di bulan November tahun lalu ia sempat bercanda akan rencananya untuk datang ke rumah gue. Ke Pekanbaru. Riau. Di pulau Sumatera.
Mengingat gue dan dia berada di pulau yang berbeda, gue hanya memberi respon biasa dengan ucapannya yang menurut gue itu adalah sebuah candaan.

Tepat di tanggal 24 Februari, menjelang siang hari. Ia mengirimkan foto bukti pembayaran atas pembelian tiket ke gue.

Asli.

Gue.

Terharu.


Gue nangis di ruangan kantor.
Gue nggak tau harus bagaimana mengungkapkan kebahagian yang gue rasakan ketika itu.
Intinya. Gue terharu atas sebuah keputusan penuh perjuangan yang telah ia ambil.



                              



Jumat, 25 Maret 2016

Hari ini hari libur. Hari yang selalu gue nantikan kehadirannya. Jarang-jarang bisa dapet libur gini. Hari ini, lelaki yang pernah gue ceritakan di sini akan tiba dan mendarat di bandara SSK II. Sebelumnya gue sudah mengatakan kalo gue nggak bisa menjemputnya di bandara.

Darma akan datang ke Pekanbaru bersama dengan Ayahnya.

Mungkin bakal ada yang bertanya mengapa Darma datang bersama dengan Ayahnya. Melepas anak sendiri tanpa khawatir untuk pergi jauh sampai menyebrangi pulau itu menurut gue suatu tindakan yang bodoh.
Untungnya, Ayah Darma tidak melepas anaknya begitu saja.
Takut terjadi apa-apa.


Takut Darma diculik kali ya.
Padahal kagak bakalan ada yang mau nyulik dia. Hih.

Jam dua, pesawatnya akan berangkat. Begitu isi chatnya. Beberapa menit setelah itu, sebuah chat masuk kembali.

  ‘’ Pesawatnya delay. ‘’

Gue sempat ngerasa nggak enak. Kasihan harus nunggu lama di bandara.

Tidak ada yang bisa gue lakukan selain hanya goleran di ruang tamu dan di kamar. Berhubung hari itu hujan, gue yang sudah mulai ngantuk hampir saja ketiduran.
Jam mulai menunjukkan pukul setengah empat. Gue mengirim sms ke Darma. Pending.
Oke. Ini saatnya gue tidur.

Sambil berulangkali memejamkan mata dengan perasaan tak tenang karena sms gue masih pending, tepat di jam setengah lima, sebuah sms masuk.

  ‘’ Gue sudah naik taksi. ‘’

Okesip. Darma sudah landing.
Darma dan Ayahnya sudah sampai di bandara Pekanbaru dengan selamat. Syukurlah.

Ini pertama kalinya Darma menginjakkan kaki di pulau Sumatera. Di Pekanbaru. Karena itu, gue langsung saja mengiriminya pesannya.
  ‘’ Selamat datang di Pekanbaru. ‘’

  ‘’ Telat lu. Lebih dulu mbak pramugarinya yang ngucapin itu :p ‘’

Keyfain. Akurapopo.

Berhubung rumah gue di pelosok, dari Pekanbaru Darma dan Ayahnya harus naik mobil umum untuk sampai di Pangkalan Kerinci. Perjalanan yang membutuhkan waktu satu setengah jam paling lama.
Usai magrib, gue menerima sms kalau Darma dan Ayahnya sudah sampai di Pangkalan Kerinci.

  ‘’ Gue udah sampai. Lagi makan sate di deket toko obat Agi Farma. ‘’

Belum sempat gue membalas smsnya, Darma langsung menelfon gue.

  ‘’ Toko obat Agi Farma di mana? ‘’

INI KOK GUE BEGO YA.
MALAH NANYA BALIK KE DARMA.

Agar kebegoan gue tidak terlalu terlihat, gue bertanya kembali ke Darma.

  ‘’ Di seberangnya ada Vanhollano, bukan? ‘’

  ‘’ Hah? Apa? ‘’

  ‘’ Seberangnya. Ada Vanhollano? ‘’

  ‘’ Apa? ‘’

  ‘’ Di seberangnya. Seberang. ADA VANHOLLANO, BUKAN? ‘’

  ‘’ Vanhollano? ‘’

  ‘’ Iya. ‘’

  ‘’ Enggak ada. ‘’

Gue sempat panik. Keliatan begonya gue. Gue dari lahir udah di sini, tapi kenapa gue nggak tau kalau ada toko obat Agi Farma di tempat gue tinggal ini.
Lagi asyik mikir dan sempat ada niatan untuk mengelilingi semua toko obat di Pangkalan Kerinci, sebuah sms kembali masuk di hp gue.

  ‘’ Toko obat Anggi Farma. Hehehee tadi salah baca. ‘’

Gue ngangguk-ngangguk sambil tersenyum.

MAU AGI FARMA, MAU ANGGI FARMA, TETEP AE GUE NGGAK TAU TOKO OBAT ITU. AAAAAKKK


***


Singkat cerita, gue akhirnya menemukan Darma dan Ayahnya di samping abang-abang gerobak sate. Gue langsung mengajak Ayahnya untuk ke rumah.
Darma mah bodo amat. Hahahaaa

Enggak deng.
Gue juga mengajak Darma untuk ke rumah.

Sesampainya di rumah, Ibu langsung mengobrol banyak dengan Ayah Darma. Sedangkan Darma? Itu anak diem mulu. Bengong.
Sepertinya dia masih ngebayangin paha mulus dan body mba pramugari tadi di pesawat.

Sekitar pukul setengah sepuluh malam, gue dan Ibu langsung saja mengantarkan Darma dan Ayahnya ke rumah Om gue yang letaknya cukup dekat dengan rumah gue. Selama beberapa hari di Pangkalan Kerinci, Darma dan Ayahnya akan tidur di rumah Om gue.
Sesampainya di rumah Om, Darma langsung meletakkan tasnya yang berat-amat-gile. Nggak tau deh itu Darma bawa apaan di tasnya. Setelah beres-beres semuanya, gue dan Ibu pamit untuk balik ke rumah dan membiarkan mereka beristirahat malam itu.
Saat gue hendak memakai sandal, Darma menemui gue.

  '' Lu langsung cepet tidur ya. ''


LAH BARU NGOMONG INI ANAK.

Senin, 13 Oktober 2014

Berorganisasi Mendidikmu Menjadi Pribadi Berkarakter

Sumber: Google
Assalamu’alaikum, Hallo..... kawula muda... apa kabarnya...?. semoga pada sehat ya. Kali ini gw mau membahas tentang manis, asinnya kegiatan dalam berorganisasi. Sebenarnya gw bukan seorang aktivis dan bahkan tidak ada satu organisasi pun yang gw ikuti secara resmi. Aktivis, adalah sebuah kata yang disandangkan kepada mereka yang mengikuti serta berperan aktif dalam kegiatan berorganisasi. Saat ini gw  sedang duduk di bangku perkuliahan, dan itu benar sekali bahwa gw tidak mengikuti organisasi di kampus baik itu opmawa dan ormawa di luar kampus pun tidak. Hahahahahahah... *KetawaBanggaYangMenyedihkan. 

Nah kawula muda tahu tidak, bahwa dalam lingkungan kampus jika kalian mengikuti dan aktif dalam berorganisasi dapat melejitkan popularitas kalian. Dan bahkan di beberapa tempat kongko-kongko kampus,  kalian yang aktif berorganisasi dapat membuat kalian menjadi tambah ganteng 180 derajat. Kerenkan.... dengan mengikuti dan aktif berorganisasi kalian bisa jadi ganteng dan populer. Beuh... mantap... Dan tentunya bagi kawula mudah yang perempuan, kalian juga bisa menjadi cantik dengan berorganisasi.

Kok bisa begitu.... Sebelumnya kita bahas sedikit arti, tujuan, dan manfaat dari berorganisasi. Organisasi adalah sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan yang sama, dan mewujudkan tujuan bersama dengan bekerja sama secara rasional, sistematis, dan terkendali dengan memanfaatkan sumber daya (material & non-material) yang digunakan secara efektif, efisien untuk mencapai tujuan tersebut [1].

Bagaimana kawula muda, sudah tergambar belum dari definisi di atas, betapa kerennya berorganisasi. Dari definisi di atas terdapat kata kunci dalam sebuah organisasi, yaitu bekerja sama untuk mewujudkan atau mencapai tujuan bersama. Jadi nampak jelas bahwa berorganisasi memiliki tujuan untuk mendidik menjadi pribadi yang mampu bekerja sama, menumbuhkan rasa bertanggung jawab, berkomitmen, dan memotivasi diri untuk mewujudkan mimpi-mimpi kalian kawula muda. Tentu jika kalian pandai dalam membaca dan menanamkan nilai-nilai positif serta membuang nilai negatif dari setiap pengalaman pada sepak terjang kawula muda dalam berorganisasi, maka karakter-karakter yang tersirat dari tujuan berorganisasi akan tumbuh dalam pribadi kawula muda.

Sumber: Google
Dalam berorganisasi selain memiliki nilai tujuan yang besar, juga memiliki manfaat yang amat besar juga. Antara lain adalah : 1.Melatih leadership; 2.Memperluas pergaulan; 3.Meningkatkan wawasan dan pengetahuan; 4.Membentuk karakteristik seseorang; 5.Kuat dalam menghadapi tekanan; 6.Mampu mengatur waktu dengan sangat baik; 7.Sebagai ajang pembelajaran kerja yang sesungguhnya [2]. Dari tulisan di atas jelas bukan, bahwa berorganisasi itu dapat membuat kawula muda menjadi ganteng dan cantik 180 derajat.

Baiklah sudah cukup basa-basinya kembali membahas manis, asinnya dan hal-hal yang istimewa dalam berorganisasi. Sebagai gambaran gw akan mengisahkan tentang gw dan organisasi UICCI. Sebenarnya hubungan gw dengan UICCI ini adalah gw baru sebagai murid di UICCI cabang Rawamangun. Layaknya sebuah organisasi pada umumnya jika ingin mengadakan suatu kegiatan pasti akan membentuk kepanitiaan. Dalam kegiatan yang sifatnya event besar dalam UICCI ini gw pasti akan turut aktif membantu, seperti kepanitiaan Idul Adha, penerimaan santri baru, acara wisuda, dan rihlah.

Setiap kali gw ikut membatu dalam kepanitiaan UICCI pasti akan banyak pengalaman dan cerita yang gw dapatkan. Mulai dari rapat-rapatnya, persiapan, brefing dan pelaksanaan kegiatannya. Dan di setiap kegiatan yang diadakan pasti akan menumbuhkan benih-benih kebersamaan. Ukuwah persahabatan dan kebersamaan akan terus berkembang. Dan yang paling maknyusnya lagi bahwa gw bersama murid-murid lainnya yang tergabung dalam organisasi UICCI ini tinggal dalam satu atap, satu bangunan. Lanjut bagian maknyus kedua yaitu, organisasi ini sudah ada hampir di seluruh negara. Mulai dari benua Asia, Australia, Eropa, dan Amerika. Tidak percaya buktikan saja sendiri.

Dengan tinggal satu atap seperti ini kebersamaan selalu ada, kami selalu belajar bersama, makan bersama, tidur bersama, dll. Di sinilah gw mendapatkan,  dan menemukan nilai-nilai bhineka tunggal ika, toleransi, dan demokrasi. Dan gw akan terus mencari nilai kebaikan lainnya.

Untuk menggambarkan kebahagiaan gw bersama organisasi UICCI, gw akan memberikan penampakan kegiatan tarupdate. Berikut ini adalah beberapa penampakannya, semoga kawula muda bisa merasakan apa yang gw rasakan.

Gambar 1: Kegiatan Sebelum main futsal

Gambar 2: Kegiatan setelah main futsal

Gambar3 : Rihlah pantai sawarna Banten

Gambar 4: Rihlah asrama puncak Bogor

Gambar 5: Rihlah curug Cilmber Bogor

Gambar 6: Kegiatan Idul Adha

Gambar 7: Kegiatan pembagian daging Idul Adha (Foto spesial dari fotografer handal : Indra Septiawan)
Sepertinya sudah cukup panjang nih. Udah dulu deh... hehehehe... Intinya setiap dan semua organisasi yang kawula  muda ikuti, pasti akan memberikan warna dalam hidup kalian, dan akan membentuk kalian menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Mengisi tinta perjalanan kalian untuk kalian ceritakan kepada kerabat, anak, dan cucu kalian kelak. *apaan sih...
Oh iya... ada satu lagi nih. Sebuah wadah yang tidak kalah kecenya dengan UICCI di atas. Meskipun sifatnya hanya sebuah komunitas, tapi pasti namanya akan menjadi besar. Kombun itulah namanya, sebuah wadah yang akan menjadikan gw pribadi blogger  yang berkarakter, bermanfaat dan menginspirasi. Sekian.... Terimakasih...... :P


[1] http://asa-2009.blogspot.com/2013/08/pengertian-tujuan-dan-manfaat-organisasi.html
[2] Ibid.

Rabu, 17 September 2014

Alon-Alon, Waton, Kelakon


Hallo kawula muda... apa kabarnya nih...? udah lama gw tidak update postingan di blog terkece gw ini. Kali ini gw mau mencoba berbagi kisah atau cerita atau curhat atau apapun itu. Kisah kali ini adalah tentang sodara gw yg masih kecil, sebut saja namanya mawar –nama disamarkan-. Doi ini sewaktu masih duduk di tingkat pendidikan taman kanak-kanak atau yang biasa disingkat TK, bisa dibilang mawar memiliki berbagai banyak prestasi.

Prestasi yang membuat saya kagum adalah prestasinya dalam bidang mewarnai. Iya mewarnai, mungkin bagi kita kegiatan atau lomba mewarnai adalah hal yang sangat mudah. Tapi memerlukan ketelitian dan kedetailan dalam mewarnai agar warna yang kita goreskan tidak keluar dari garis pada sebuah gambar. Selain kedetailan dalam mewarnai, kemampuan dalam penyelarasan warna satu dengan yang lainnya pun patut diperhatikan. 

Hmm... lalu hal apa sih yang dilakukan mawar, sehigga gw mendapatkan pelajaran dari prestasi mewarnainya sodara gw. Dari hasil prestasi mewarnai mawar itu, gw menilai bahwa umumnya hasil suatu pekerjaan itu selalu berbanding lurus dengan usaha yang kita lakukan. Dan juga hasil akhir tidak selalu sebagai tolak ukur dalam menilai, tapi kita juga harus mampu menilai proses usaha suatu kinerja. Baiklah kita flashback ke kisah mawar dulu sebentar...

Zaman dahulu kala, sebuah taman kanak-kanak -TK- mengadakan lomba mewarnai untuk murid-muridnya. Dan mawar itu didaftarkan dalam perlombaan tersebut. Jauh-jauh hari orang tuanya mulai membimbing mawar untuk mencintai kegiatan mewarnai. Ya bisa dibilang seperti latihan intensif gitu. Dalam 1 minggu mawar melakukan kegiatan mewarnai secara rutin, dgn dibimbing oleh orang tua doi. Singkat cerita hari H perlombaan pun dimulai. Dan singkat ceritanya lagi satu persatu temen-temen mawar sudah menyelesaikan kegiatan mewarnainya, hanya tersisa mawar dalam ruang kelasnya. Gw lihat dari arah jendela, mawar sangat lambat sekali dalam menyelesaikan kegiatan mewarnainya. Gw dan orang tua doi gregetan melihatnya dan ingin sekali membantunya, namun kata guru kelasnya “Yah benilah bu anak-anak kalau sudah fokus dalam kegiatan mewarnai, biarkan saja bu mungkin ini bidang dia di dunia seni. Siapa tahu hasilnya terbaik”. Akhirnya satu minggu kemudian pengumuman pemenang lomba di umumkan. Dan ternyata mawar mendapatkan juara harapan terbaik dengan hasil terbaaik. Ya meskipun bukan juara 1, tapi ternyata ketika diperlihatkan hasil mewarnainya terlihat sangat bagus, detail dan penuh ketelitian. Mungkin karena waktu pengerjaannya yg lambat, sehingga doi jadi tidak dapat posisi juara 1. Dan mungkin juga mawar ini penganut mazhab alon-alon, waton, klakon.

Mungkin sebagian kita beranggapan bahwa “alon-alon, waton, klakon” itu tidak bekerja dengan serius, lelet, yang penting sudah melaksanakan. Padahal tidak seperti itu maknanya. Makna yang sesungguhnya adalah bekerja dengan teliti, hati-hati, tidak terburu-buru, berdasarkan aturan atau pedoman, akhirnya akan terlaksana dan berhasil dengan baik. Begitu juga dengan mawar yg sangat alon-alon. Selain itu yg jadi poin plus lainnya adalah persiapan dirinya dalam perlombaan mewarnai. Orang tuanya membimbingnya untuk mempersiapkan diri dalam perlombaan.

Pesan yg gw dapet adalah untuk mendapatkan hasil terbaik kita harus imbangi dengan usaha kita, persiapkan diri untuk mendapatkan hasil terbaik, mempersiapkan diri untuk menjadi pribadi yang siap dalam dunia yang kompetitif ini. Tidak ada sesuatu yang instan tanpa adanya usaha. Bahkan untuk membuat mie instan pun kita harus berusaha untuk merebus mienya dan segala macem lainnya. Selain itu ada lagi bumbu lainnya yaitu doa, dan sabar. Usaha, doa, dan sabar adalah serangkaian paket yang tidak boleh dipisahkan. Karena dengan usaha setidaknya kita bisa memprediksikan hasil kinerja kita, dan dengan doa, serta sabar, kita serahkan hasil usaha kita kepada Sang Pembuat Keputusan. Karena tanpa izin-Nya kita tidak akan bisa melakukan usaha-usaha kita yang telah kita rancang. Akhir kata semoga tulisan kali ini bisa menemani malam pembaca untuk mendapatkan mimpi yang indah dan dapat mempersiapkan usaha-usaha / planing untuk menjadi pribadi yang terbaik dalam bidangnya. Terimakasih. :P

Sumber :
http://bangcahyo.wordpress.com/2013/06/03/salah-memahami-paribasan-alon-alon-waton-kelakon/
akinini.com
https://belitong.files.wordpress.com

Rabu, 29 Mei 2013

Album Biru (II)

Lanjut kecerita yang kedua. Singkat cerita saya telah duduk dibangku SD kelas 2. Seiring perjalanan waktu saya dipersatukan oleh hukuman semesta. Saya pun memiliki teman kelompok belajar dan menjadi teman dekat mereka. Kelompok belajar saya terdiri dari Omen dari Kedaung, Aw dari Salatiga, Caplang dari Poncol, Petol dari Pocol dan Dede dari Poncol. Kita berenam selalu bermain dan mengerjakan tugas sekolah bersama. Menurut saya temen-teman saya ini sangat super pintarnya dan memiliki bakat tersendiri. Sebelumnya saya akan ceritakan sedikit tentang teman-teman saya dahulu. Ini dia silahkan simak. Omen meskipun dia jahil tapi soal pelajaran sekolah tetap nomor 1. Tidak kalah nomor 1 nya ada Aw yang bisa dikatakan rivalnya Omen dalam menyelesaikan soal matematika di depan kelas. Dan untuk kemampuan dalam pengetahuan umum serta olahraga ada Petol dan Dede yang menduduki peringkat tersebut. Tidak kalah hebatnya ada Caplang yang jago banget dalam menggambar dan kesenian, tulisannya pun rapih dan bagus. Sedangkan saya tidak kalah hebatnya, karena saya bisa berteman dengan mereka yang super. Mereka itu sahabat super saya.

Ujian kenaikan kelas semakin dekat. Tibalah saatnya untuk mempersiapkan diri dalam ujian semester genap kelas 2. Saya dan teman kelompok saya mulai memperkuat serangan untuk lebih giat belajar dan memperebutkan ranking 1 di kelas. Kami menggunakan strategi belajar kelompok secara intensiv di basecamp rumah pohon milik Caplang. Setiap pulang sekolah dan hari minggu kita selalu belajar kelompok. Mereview kembali pelajaran dan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Ya.... seperti biasa kami lebih banyak bermain dari pada belajarnya. Karena bermain sambil belajar itu sangat menyenangkan. Permainan yang sering kami mainkan adalah memajat pohon dan berayun di pohon, memancing di danau, serta bermain bola di danau yang sudah kering.

Hari ujian semester genap pun tiba. Meski kami suka bermain bersama namun untuk masalah ujian kita bagaikan tidak saling mengenal dan fokus pada soal ujian. Saya seperti orang lain, saya menyelesaikan soal ujian dengan sangat lancar, khususnya pada mata pelajaran matematika. Kerja kelompok yang dilaksanakan sebelum ujian pun membuahkan hasil. Pada saat pembagaian rapor saya tidak menyangka bahwa saya menduduki peringkat 1 dikelas. Ibu saya sangat senang akan prestasi saya dalam mendapatkan ranking 1. Ibu saya pun membelikan saya hadiah berupa mobil remote control. Hasil yang saya dapatkan ini berkat belajar kelompok bersama teman-teman super saya. Terima kasih semua, semoga amal ibadah kalian diterima di sisi-Nya. Amin... Lho...!!??

Pesan yang bisa saya dapat dari peristiwa itu adalah bahwa ternyata benar apa yang dikatakan oleh pepatah. Yang berbunyi “Apabila kita bermain dengan seorang penjual parfum maka kita akan kebagian harumnya”. Itulah yang saya rasakan kala itu, saya bermain dan bergaul dengan teman-teman super saya dan hasilnya luar biasa. Saya menjadi juara kelas. Dan ini terbukti selama saya bermain bersama mereka semasa SD selama 5 tahun dari kelas 2 hingga kelas 6, saya selalu mendapatkan posisi juara kelas. Carilah teman yang dapat memberikan kita manfaat dan bergaullah dengan mereka. Dengan memiliki teman yang baik maka akan membentuk karakter yang baik pula dalam diri kita. Dan satu hal lagi, belajarlah tentang apapun untuk kebutuhan diri kita sendiri. Jangan terlalu fokus dengan mengharapkan menjadi ranking 1 dikelas, karena nantinya kita akan terasa berat dan lelah sendiri.

Demikian kisah karangan saya semoga dapat menghibur para pembaca. Terimakasih.

Minggu, 05 Mei 2013

Album Biru (Bag: I)

Tulisan ini berawal dari seorang dosen yang menyuruh saya dan temen-temen saya untuk membuat tugas mengarang. Ya... mengarang....., mengarang dengan topik bebas. Saya pun bingung, sebingung bingungnya orang bingung. Apa yang mau saya tulis dalam cerita karangan saya. Terakhir saya bikin tugas mengarang itu kelas 1 SMP. Dan itu pun mengarangnya mengada-ada banget. Alhasil cerita karangan saya yang mengada-ada itu tidak semulus paha saya. Ok... saya tidak mau ambil pusing. Saya pun mulai mencari-cari dan berpikir topik apa yang akan saya jadikan karangan nanti. Akhirnya ide pun muncul. Saya memutuskan untuk membuat topik karangan tentang kisah klasik saya sewaktu masa SD dulu. Dan karangan ini saya kasih judul  “Album Biru”. Judul ini saya adaptasi dari kata rapor biru. Layaknya rapor biru yang memuat nilai-nilai bagus didalamnya, maka album biru ini menceritakan tentang pengalaman saya yang bagus-bagus semasa SD dulu. Jadi begini ceritanya.
Ada seorang anak bernama Darma. Ya... itulah saya, saya dibesarkan di kawasan Ciputat tepatnya beralamatkan di jalan Bhakti Emapang Sari Ciputat. Masa kecil saya suka memanjat pohon untuk berburu kumbang dan memetik buah ceri di pohon tetangganya, bermain bola dan mandi berkecipak di air kali. Singkat cerita saya telah bersekolah di SDN III Ciputat kelas 1. Di kelas, saya menjadi anak yang sangat pemalu. Dan saya menjadi anak yang populer dikalangan anak-anak yang tidak populer. Sewaktu kelas 1 saya duduk sebangku bersama dua temen saya yaitu Alpen dan Omen (Ahmad Arrahman). Izinkan saya untuk mendeskripsikan kedua teman saya ini. Temen saya yang bernama Alpen ini memiliki badan yang besar dan berkulit putih. Cocok si dengan namanya yang mengingatkan saya dengan nama gunung di Eropa sana. Namun anehnya dibalik badannya yang besar ini, dia anaknya cengeng gampang menangis jika di isengin dan dirambutnya sudah tumbuh beberapa uban. Menurut kacamata saya, Alpen ini mirip tokoh kartun Baby Hui. Nah... berikutnya adalah temen saya yang bernama Omen. Dia ini anaknya berbadan kecil, bekulit putih dan memiliki sifat yang sedikit jahil. Dan Omen ini mirip seperti tokoh kartun Shinchan.
Pernah suatu ketika ada kejadian yang menggemparkan di kelas. Sewaktu pelajaran membaca saya, Alpen, dan Omen duduk dibangku baris terdepan. Alpen disuruh Ibu guru untuk membaca bacaan yang ada di papan tulis. Alpen memang belum terlalu lancar untuk mengeja suatu bacaan. Karena kegagalan Alpen itu, Omen pun mengolok-olok Alpen. Tidak lama kemudian Alpen menangis sekencang-kencangnya. Akibat tangisan Alpen, Ibu guru menjadi terkejut, Omen terkejut, saya terkejut, seisi kelas pun ikut terkejut. Ibu guru mulai menenangkan Alpen. Setelah Alpen sudah reda dari tangisnya, saya mencium aroma mistis di kelas. Ternyata bukan saya saja yang mencium aroma itu. Seketika juga aroma mistis itu memenuhi seisi ruang kelas, sehingga membuat kami sesak untuk bernapas. Omen dan saya pun menelusuri dari mana aroma tersebut berasal. Aroma yang sangat menyengat itu bersumber dari teman kami Yusuf yang duduk di barisan paling belakang. Yusuf ini anaknya mirip seperti tokoh Giant dalam film kartun Doraemon, berbadan besar dan berkulit coklat. Ukh.... ternyata benar aroma itu berasal dari Yusuf. Dan ternyata juga Yusuf itu telah pup di dalam celana. Ternyata saat itu Yusuf sedang sakit muntaber. Akhirnya Yusuf di izikan pulang oleh Ibu guru. Ibu puru pun menelepon orang tua Yusuf untuk menjemput pulang Yusuf.
Pesan moral saat itu yang bisa saya dapati adalah janganlah kalian mudah menangis dengan masalah yang kalian hadapi berusahalah dan bersabarlah untuk mendapatkan jalan keluar. Namun jika kalian ingin menangis, menangislah tapi kalian harus berani ambil resiko jika datang aroma mistis kepada kalian. Sebab menangis mungkin akan memunculkan aroma mistis yang serupa dengan cerita diatas.

Popular Posts