Tulisan ini berawal dari seorang dosen
yang menyuruh saya dan temen-temen saya untuk membuat tugas mengarang. Ya...
mengarang....., mengarang dengan topik bebas. Saya pun bingung, sebingung
bingungnya orang bingung. Apa yang mau saya tulis dalam cerita karangan saya.
Terakhir saya bikin tugas mengarang itu kelas 1 SMP. Dan itu pun mengarangnya
mengada-ada banget. Alhasil cerita karangan saya yang mengada-ada itu tidak
semulus paha saya. Ok... saya tidak mau ambil pusing. Saya pun mulai
mencari-cari dan berpikir topik apa yang akan saya jadikan karangan nanti.
Akhirnya ide pun muncul. Saya memutuskan untuk membuat topik karangan tentang
kisah klasik saya sewaktu masa SD dulu. Dan karangan ini saya kasih judul “Album Biru”. Judul ini saya adaptasi dari
kata rapor biru. Layaknya rapor biru yang memuat nilai-nilai bagus didalamnya,
maka album biru ini menceritakan tentang pengalaman saya yang bagus-bagus
semasa SD dulu. Jadi begini ceritanya.
Ada seorang anak bernama Darma. Ya...
itulah saya, saya dibesarkan di kawasan Ciputat tepatnya beralamatkan di jalan
Bhakti Emapang Sari Ciputat. Masa kecil saya suka memanjat pohon untuk berburu
kumbang dan memetik buah ceri di pohon tetangganya, bermain bola dan mandi
berkecipak di air kali. Singkat cerita saya telah bersekolah di SDN III Ciputat
kelas 1. Di kelas, saya menjadi anak yang sangat pemalu. Dan saya menjadi anak
yang populer dikalangan anak-anak yang tidak populer. Sewaktu kelas 1 saya
duduk sebangku bersama dua temen saya yaitu Alpen dan Omen (Ahmad Arrahman). Izinkan
saya untuk mendeskripsikan kedua teman saya ini. Temen saya yang bernama Alpen
ini memiliki badan yang besar dan berkulit putih. Cocok si dengan namanya yang mengingatkan saya dengan nama gunung di
Eropa sana. Namun anehnya dibalik badannya yang besar ini, dia anaknya cengeng gampang menangis jika di isengin dan dirambutnya sudah tumbuh
beberapa uban. Menurut kacamata saya, Alpen ini mirip tokoh kartun Baby Hui. Nah...
berikutnya adalah temen saya yang bernama Omen. Dia ini anaknya berbadan kecil,
bekulit putih dan memiliki sifat yang sedikit jahil. Dan Omen ini mirip seperti
tokoh kartun Shinchan.
Pernah suatu ketika ada kejadian yang
menggemparkan di kelas. Sewaktu pelajaran membaca saya, Alpen, dan Omen duduk
dibangku baris terdepan. Alpen disuruh Ibu guru untuk membaca bacaan yang ada
di papan tulis. Alpen memang belum terlalu lancar untuk mengeja suatu bacaan.
Karena kegagalan Alpen itu, Omen pun mengolok-olok Alpen. Tidak lama kemudian
Alpen menangis sekencang-kencangnya. Akibat tangisan Alpen, Ibu guru menjadi
terkejut, Omen terkejut, saya terkejut, seisi kelas pun ikut terkejut. Ibu guru
mulai menenangkan Alpen. Setelah Alpen sudah reda dari tangisnya, saya mencium
aroma mistis di kelas. Ternyata bukan saya saja yang mencium aroma itu. Seketika
juga aroma mistis itu memenuhi seisi ruang kelas, sehingga membuat kami sesak
untuk bernapas. Omen dan saya pun menelusuri dari mana aroma tersebut berasal.
Aroma yang sangat menyengat itu bersumber dari teman kami Yusuf yang duduk di
barisan paling belakang. Yusuf ini anaknya mirip seperti tokoh Giant dalam film
kartun Doraemon, berbadan besar dan berkulit coklat. Ukh.... ternyata benar
aroma itu berasal dari Yusuf. Dan ternyata juga Yusuf itu telah pup di dalam
celana. Ternyata saat itu Yusuf sedang sakit muntaber. Akhirnya Yusuf di izikan
pulang oleh Ibu guru. Ibu puru pun menelepon orang tua Yusuf untuk menjemput
pulang Yusuf.
Pesan moral saat itu yang bisa saya
dapati adalah janganlah kalian mudah menangis dengan masalah yang kalian hadapi
berusahalah dan bersabarlah untuk mendapatkan jalan keluar. Namun jika kalian
ingin menangis, menangislah tapi kalian harus berani ambil resiko jika datang
aroma mistis kepada kalian. Sebab menangis mungkin akan memunculkan aroma
mistis yang serupa dengan cerita diatas.