Jumat, 06 Desember 2024

85 Jam di Pekanbaru (Selamat Datang) - bagian 1

Tulisan ini pertama kali dibuat bulan Maret 2016 oleh Rahayu Wulandari

Di pertengahan bulan Agustus tahun lalu, gue berkenalan dengan seorang lelaki melalu dunia maya. Lelaki itu seorang blogger. Hmm mungkin diantara teman-teman sudah ada yang tau dengan lelaki tersebut. Ia juga sempat meramaikan kotak komentar di blog ini dengan berbalas komentar yang super aneh. Yang anehnya gue dengan senang hati membalas komentar anehnya. Berarti gue yang lebih aneh. Okesip.

Chat yang awalnya hanya bermula di hangout gmail perlahan beralih pada chat line.
Gue mulai mengenal siapa dia dan bagaimana kesehariannya. Tak jarang di setiap harinya kami selalu berbagi cerita yang kami alami masing-masing. Cerita apapun itu. Mulai dari cerita ngeselin, cerita bahagia, cerita random, cerita kebegoan masing-masing, cerita nggak penting, cerita nggak penting yang sebenernya nggak penting untuk diceritain, cerita nggak penting dan nggak ada faedahnya sama sekali dan berbagai cerita absurd lainnya.

Semenjak kenal dengan lelaki itu, gue perlahan mulai membuka diri. 

Jujur, gue seorang introvert. Meskipun di dalam lingkup keluarga sendiri. Gue nggak bakal membuka mulut dan cerita apapun tanpa ada yang bertanya. Gue nggak bakal berani membuka sebuah obrolan tanpa ada yang mendahului. Gue nggak bisa mengangkat topik pembicaraan untuk dijadikan bahan obrolan. Gue nggak bisa.
Apapun yang gue alami, gue selalu memendam itu sendirian. Gue nggak berani bercerita ke Ayah Ibu di rumah. Baik itu hal yang menyenangkan maupun tidak.

Karena itu, gue lebih memilih untuk menulis apa yang gue rasakan, unek-unek amarah  pada sebuah binder cokelat milik gue.

Gue nggak pernah punya teman cerita.
Maksudnya, gue nggak pernah punya teman yang bisa menerima segala cerita gue dengan respon yang menurut gue nyaman.

Dan dengan lelaki itu, gue mulai menyibakkan diri dari sosok Wulan yang introvert. Gue dengan mudahnya bercerita apapun dengan lelaki itu. Ada perasaan lega setiap kali gue selesai bercerita dan mendapatkan respon darinya. Lega kayak habis boker di jamban.

Itu artinya dia jamban. Eh enggak gitu.

Tapi memang iya sih. Jamban.


Gue nggak pernah menemukan teman ngobrol yang bisa senyaman ini. Apakah ini yang dinamakan teman-ngobrol-nyaman-zone?
HALAH.


Dengan beberapa lelaki yang pernah hadir mengisi hati gue sebelum pada akhirnya mereka tidak hanya mengisi tetapi juga menyakiti. Tsadeeesst.
Gue nggak pernah bisa seterbuka itu dengan para mantan gue yang pernah khilaf jadi pacar gue ketika itu. Hanya sebatas, kamu pacar aku dan aku pacar kamu. Hanya itu. Gue nggak pernah bercerita banyak tentang keseharian gue dengan mereka.
Iya. Gue seaneh itu.

Lelaki itu tidak hanya membuat gue menjadi orang yang terbuka, ia juga bisa membuat gue ngakak bodoh nggak jelas di tengah malam. Cekikikan sendiri dengan mata yang menatap layar handphone. Senyam-senyum sendiri sambil bergumul di dalam selimut.

Lelaki itu juga membuat gue yang ketika itu sempat kelabakan dengan jadwal ujian semester dan jadwal kerja yang melelahkan, menjadi kembali semangat. Ia selalu mengingatkan gue untuk membawa modul ataupun catatan kuliah untuk dibaca-baca di jam istirahat kantor. Tidak hanya itu, ia juga mengajak gue untuk menyelesaikan kisi-kisi soal matematika ekonomi bersama. Dan kemudian ia mengirim foto cara dan hasil penyelesaian soal tersebut. Gue juga mengirim hasil penyelesaian untuk menyocokkan jawaban.

Kalau nggak salah, di bulan November tahun lalu ia sempat bercanda akan rencananya untuk datang ke rumah gue. Ke Pekanbaru. Riau. Di pulau Sumatera.
Mengingat gue dan dia berada di pulau yang berbeda, gue hanya memberi respon biasa dengan ucapannya yang menurut gue itu adalah sebuah candaan.

Tepat di tanggal 24 Februari, menjelang siang hari. Ia mengirimkan foto bukti pembayaran atas pembelian tiket ke gue.

Asli.

Gue.

Terharu.


Gue nangis di ruangan kantor.
Gue nggak tau harus bagaimana mengungkapkan kebahagian yang gue rasakan ketika itu.
Intinya. Gue terharu atas sebuah keputusan penuh perjuangan yang telah ia ambil.



                              



Jumat, 25 Maret 2016

Hari ini hari libur. Hari yang selalu gue nantikan kehadirannya. Jarang-jarang bisa dapet libur gini. Hari ini, lelaki yang pernah gue ceritakan di sini akan tiba dan mendarat di bandara SSK II. Sebelumnya gue sudah mengatakan kalo gue nggak bisa menjemputnya di bandara.

Darma akan datang ke Pekanbaru bersama dengan Ayahnya.

Mungkin bakal ada yang bertanya mengapa Darma datang bersama dengan Ayahnya. Melepas anak sendiri tanpa khawatir untuk pergi jauh sampai menyebrangi pulau itu menurut gue suatu tindakan yang bodoh.
Untungnya, Ayah Darma tidak melepas anaknya begitu saja.
Takut terjadi apa-apa.


Takut Darma diculik kali ya.
Padahal kagak bakalan ada yang mau nyulik dia. Hih.

Jam dua, pesawatnya akan berangkat. Begitu isi chatnya. Beberapa menit setelah itu, sebuah chat masuk kembali.

  ‘’ Pesawatnya delay. ‘’

Gue sempat ngerasa nggak enak. Kasihan harus nunggu lama di bandara.

Tidak ada yang bisa gue lakukan selain hanya goleran di ruang tamu dan di kamar. Berhubung hari itu hujan, gue yang sudah mulai ngantuk hampir saja ketiduran.
Jam mulai menunjukkan pukul setengah empat. Gue mengirim sms ke Darma. Pending.
Oke. Ini saatnya gue tidur.

Sambil berulangkali memejamkan mata dengan perasaan tak tenang karena sms gue masih pending, tepat di jam setengah lima, sebuah sms masuk.

  ‘’ Gue sudah naik taksi. ‘’

Okesip. Darma sudah landing.
Darma dan Ayahnya sudah sampai di bandara Pekanbaru dengan selamat. Syukurlah.

Ini pertama kalinya Darma menginjakkan kaki di pulau Sumatera. Di Pekanbaru. Karena itu, gue langsung saja mengiriminya pesannya.
  ‘’ Selamat datang di Pekanbaru. ‘’

  ‘’ Telat lu. Lebih dulu mbak pramugarinya yang ngucapin itu :p ‘’

Keyfain. Akurapopo.

Berhubung rumah gue di pelosok, dari Pekanbaru Darma dan Ayahnya harus naik mobil umum untuk sampai di Pangkalan Kerinci. Perjalanan yang membutuhkan waktu satu setengah jam paling lama.
Usai magrib, gue menerima sms kalau Darma dan Ayahnya sudah sampai di Pangkalan Kerinci.

  ‘’ Gue udah sampai. Lagi makan sate di deket toko obat Agi Farma. ‘’

Belum sempat gue membalas smsnya, Darma langsung menelfon gue.

  ‘’ Toko obat Agi Farma di mana? ‘’

INI KOK GUE BEGO YA.
MALAH NANYA BALIK KE DARMA.

Agar kebegoan gue tidak terlalu terlihat, gue bertanya kembali ke Darma.

  ‘’ Di seberangnya ada Vanhollano, bukan? ‘’

  ‘’ Hah? Apa? ‘’

  ‘’ Seberangnya. Ada Vanhollano? ‘’

  ‘’ Apa? ‘’

  ‘’ Di seberangnya. Seberang. ADA VANHOLLANO, BUKAN? ‘’

  ‘’ Vanhollano? ‘’

  ‘’ Iya. ‘’

  ‘’ Enggak ada. ‘’

Gue sempat panik. Keliatan begonya gue. Gue dari lahir udah di sini, tapi kenapa gue nggak tau kalau ada toko obat Agi Farma di tempat gue tinggal ini.
Lagi asyik mikir dan sempat ada niatan untuk mengelilingi semua toko obat di Pangkalan Kerinci, sebuah sms kembali masuk di hp gue.

  ‘’ Toko obat Anggi Farma. Hehehee tadi salah baca. ‘’

Gue ngangguk-ngangguk sambil tersenyum.

MAU AGI FARMA, MAU ANGGI FARMA, TETEP AE GUE NGGAK TAU TOKO OBAT ITU. AAAAAKKK


***


Singkat cerita, gue akhirnya menemukan Darma dan Ayahnya di samping abang-abang gerobak sate. Gue langsung mengajak Ayahnya untuk ke rumah.
Darma mah bodo amat. Hahahaaa

Enggak deng.
Gue juga mengajak Darma untuk ke rumah.

Sesampainya di rumah, Ibu langsung mengobrol banyak dengan Ayah Darma. Sedangkan Darma? Itu anak diem mulu. Bengong.
Sepertinya dia masih ngebayangin paha mulus dan body mba pramugari tadi di pesawat.

Sekitar pukul setengah sepuluh malam, gue dan Ibu langsung saja mengantarkan Darma dan Ayahnya ke rumah Om gue yang letaknya cukup dekat dengan rumah gue. Selama beberapa hari di Pangkalan Kerinci, Darma dan Ayahnya akan tidur di rumah Om gue.
Sesampainya di rumah Om, Darma langsung meletakkan tasnya yang berat-amat-gile. Nggak tau deh itu Darma bawa apaan di tasnya. Setelah beres-beres semuanya, gue dan Ibu pamit untuk balik ke rumah dan membiarkan mereka beristirahat malam itu.
Saat gue hendak memakai sandal, Darma menemui gue.

  '' Lu langsung cepet tidur ya. ''


LAH BARU NGOMONG INI ANAK.

Kamis, 05 Desember 2024

AI Jadi Guru Baru? Tantangan dan Peluang Kecerdasan Buatan di Ruang Kelas

Kecerdasan Buatan (AI) semakin mendominasi berbagai aspek kehidupan kita. Kini, AI pun merambah dunia pendidikan. Pertanyaannya, apakah AI akan menggantikan peran guru? Atau justru menjadi pendamping yang efektif dalam proses pembelajaran?

AI sebagai Pendamping Pembelajaran

Integrasi AI dalam pendidikan menawarkan berbagai potensi menarik. AI dapat:

  • Memperpersonalisasi pembelajaran: Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda. AI dapat menganalisis data pembelajaran siswa dan menyesuaikan materi serta metode pengajaran agar lebih efektif.
  • Memberikan umpan balik instan: AI dapat memberikan umpan balik secara real-time terhadap tugas siswa, sehingga siswa dapat segera memperbaiki kesalahan.
  • Mengotomatiskan tugas administratif: Guru dapat terbebas dari tugas-tugas administratif yang membosankan, seperti memeriksa tugas atau membuat laporan, sehingga mereka dapat lebih fokus pada interaksi dengan siswa.
  • Menyediakan akses belajar yang lebih luas: AI dapat memberikan akses ke berbagai sumber belajar, seperti video, simulasi, dan game edukasi, yang dapat diakses oleh siswa kapan saja dan di mana saja.

Tantangan yang Dihadapi

Meskipun menawarkan banyak potensi, integrasi AI dalam pendidikan juga menghadapi beberapa tantangan, antara lain:

  • Kesenjangan digital: Tidak semua sekolah dan siswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi. Hal ini dapat memperlebar kesenjangan pendidikan.
  • Ketergantungan pada teknologi: Terlalu bergantung pada AI dapat mengurangi kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah secara mandiri.
  • Privasi data: Pengumpulan data siswa oleh AI menimbulkan kekhawatiran terkait privasi.

Peran Guru di Era AI

Munculnya AI tidak lantas membuat peran guru menjadi tidak relevan. Justru, guru memiliki peran yang semakin penting, yaitu sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing. Guru akan lebih fokus pada pengembangan soft skills siswa, seperti kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi, yang sulit diajarkan oleh AI.

Kesimpulan

AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, integrasi AI harus dilakukan secara bijaksana dan bertahap. Guru, siswa, dan pembuat kebijakan perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa AI digunakan sebagai alat yang mendukung pembelajaran, bukan menggantikan peran manusia.

Referensi:

  1. PPG Kemdikbud: Peranan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) dalam Pendidikan. https://ppg.kemdikbud.go.id/news/peranan-kecerdasan-buatan-artificial-intelligence-dalam-pendidikan
  2. UNESA: AI Sebagai Guru Pendamping: Peluang dan Tantangan dalam Pendidikan Dasar. http://e-jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/prosem/article/download/489/254/1365
  3. Kompasiana: Tantangan Pendidik dan Peserta Didik dalam Menghadapi Kemajuan Artificial Intelligence. https://www.kompasiana.com/eullissholehah4048/6537b31c110fce459f175782/tantangan-pendidik-dan-peserta-didik-dalam-menghadapi-kemajuan-artificial-intelligence

Rabu, 04 Desember 2024

The Flash: Petualangan Waktu yang Mengguncang Multiverse

The Flash
The Flash bukanlah sekadar film superhero biasa. Dengan berani menjelajahi konsep multiverse yang kompleks, film ini menyajikan sebuah petualangan waktu yang penuh kejutan dan emosi. Melalui visual efek yang spektakuler, akting yang memukau, dan plot yang inovatif, film ini berhasil membawa penonton dalam perjalanan yang tak terlupakan.

Sinopsis Singkat

Barry Allen, si Manusia Kilat, menggunakan kekuatannya untuk kembali ke masa lalu dan mencegah kematian ibunya. Namun, tindakannya yang impulsif justru menciptakan realitas alternatif yang jauh lebih berbahaya. Barry harus berpacu dengan waktu untuk memperbaiki kesalahannya dan menyelamatkan dunia dari kehancuran.

Plot yang Inovatif dan Penuh Kejutan

Konsep multiverse yang dieksplorasi dalam film ini sangat menarik. Alur cerita yang kompleks dan penuh twist membuat penonton terus dibuat penasaran. Perjalanan waktu yang dilakukan oleh Barry membawa kita ke berbagai realitas alternatif yang unik dan penuh kejutan.

Karakter yang Menarik

Ezra Miller kembali memerankan Barry Allen dengan sangat baik. Ia berhasil menampilkan sisi ceroboh, impulsif, dan juga heroik dari karakter ini. Penampilan Michael Keaton sebagai Batman versi tua adalah salah satu kejutan terbesar dalam film ini. Kimia antara kedua aktor ini sangat kuat dan berhasil menghidupkan kembali nostalgia para penggemar Batman.

Visual Efek yang Spektakuler

Visual efek dalam film ini adalah yang terbaik di kelasnya. Adegan-adegan aksi yang melibatkan kecepatan super Barry sangat memukau. Pertempuran antara para superhero juga disajikan dengan sangat epik. Desain kostum dan set juga sangat detail dan menambah nilai estetika film.

Sinematografi yang Menawan

Penggunaan kamera yang kreatif berhasil menangkap setiap momen dengan indah. Adegan-adegan slow-motion yang menampilkan kecepatan super Barry sangat memukau.

Rating: ⭐⭐⭐ (3/5)


Kesimpulan: The Flash adalah sebuah film superhero yang ambisius dan berhasil mencapai tujuannya. Film ini menawarkan sebuah petualangan yang seru, visual yang spektakuler, dan pesan yang mendalam tentang tanggung jawab dan konsekuensi dari tindakan kita. Meskipun ada beberapa plot hole yang bisa diperdebatkan, secara keseluruhan film ini adalah sebuah tontonan yang sangat menghibur.

Rekomendasi: Jika kamu adalah penggemar film superhero, khususnya DC Universe, maka The Flash adalah film yang wajib kamu tonton. Film ini tidak hanya akan memuaskan dahagamu akan aksi yang seru, tetapi juga akan membuatmu berpikir lebih dalam tentang konsep waktu dan multiverse.

Selasa, 03 Desember 2024

Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis: Sebuah Refleksi Mendalam tentang Kesehatan Mental

Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis?

Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis bukanlah sekadar film drama Indonesia biasa. Dengan berani mengangkat isu kesehatan mental yang seringkali dianggap tabu, film ini berhasil menyajikan sebuah kisah yang begitu dekat dengan realita kehidupan banyak orang. Melalui sinematografi yang indah, akting yang memukau, dan alur cerita yang menyentuh, film ini mengajak penonton untuk merenung lebih dalam tentang perjuangan batin manusia.

Sinopsis Singkat

Film ini mengisahkan tentang Tari, seorang wanita muda yang hidup dalam bayang-bayang trauma masa lalu. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya sejak kecil telah meninggalkan luka mendalam di hatinya. Tari berusaha keras menyembunyikan perasaan sakitnya di balik topeng senyum, namun luka batinnya terus menggerogoti dari dalam. Pertemuannya dengan Baskara, seorang pria yang juga menyimpan luka masa lalu, membuka lembaran baru dalam hidupnya.

Plot yang Menarik dan Relevan 

Alur cerita yang disajikan dalam film ini terasa begitu nyata dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Isu kesehatan mental yang diangkat sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat ini, di mana banyak orang masih enggan untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi. Plot twist yang tidak terduga membuat penonton terus penasaran hingga akhir film.

Karakter yang Mendalam

Karakter Tari dan Baskara berhasil dibangun dengan sangat baik. Prilly Latuconsina berhasil memerankan sosok Tari dengan penuh emosi, dari ketakutan hingga harapan. Sementara itu, Dikta juga tampil memukau sebagai Baskara yang misterius namun penuh empati. Interaksi antara kedua karakter ini begitu natural dan menyentuh hati.

Sinematografi yang Indah

Visual yang disajikan dalam film ini sangat memanjakan mata. Penggunaan warna dan pencahayaan yang tepat berhasil menciptakan suasana yang sesuai dengan mood setiap adegan. Beberapa shot tertentu bahkan terasa sangat artistik dan meninggalkan kesan yang mendalam.

Soundtrack yang Menyatu

Soundtrack yang dipilih untuk film ini sangat pas dengan suasana cerita. Lagu-lagu yang dipilih mampu menguatkan emosi penonton dan membuat pengalaman menonton menjadi lebih intens.

Pesan Moral yang Kuat

Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pesan moral yang sangat penting. Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis mengajarkan kita tentang pentingnya mengelola emosi, mencari dukungan dari orang terdekat, dan berani untuk meminta bantuan ketika kita sedang berjuang dengan masalah kesehatan mental.

Rating: ⭐⭐⭐⭐⭐ (5/5)


Kesimpulan: Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis adalah sebuah film yang wajib ditonton oleh semua orang, terutama bagi mereka yang sedang berjuang dengan masalah kesehatan mental. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi dan memberikan harapan. Dengan akting yang luar biasa, cerita yang menyentuh, dan visual yang indah, film ini layak mendapatkan apresiasi yang tinggi.

Rekomendasi: Jika kamu mencari film Indonesia yang berkualitas dengan pesan yang mendalam, Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis adalah pilihan yang tepat. Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan karya luar biasa ini dan berbagi pengalaman menontonmu dengan teman-teman.

Sabtu, 30 November 2024

The Autopsy of Jane Doe – Sebuah Misteri Mencekam di Balik Meja Otopsi


Dalam film "The Autopsy of Jane Doe", kita diajak menyelami dunia yang gelap dan misterius saat dua ahli forensik, Tommy Tilden (Emile Hirsch) dan Otto Lloyd (Brian Cox), ditugaskan untuk melakukan otopsi pada mayat seorang wanita muda yang ditemukan dalam kondisi yang sangat aneh. Tanpa identitas dan dengan luka-luka yang membingungkan, mayat ini menyimpan rahasia mengerikan yang perlahan terungkap seiring berjalannya otopsi.

Sebuah Mahakarya Horor yang Menegangkan

Sutradara André Øvredal berhasil menciptakan atmosfer mencekam yang menyelimuti sepanjang film. Dengan sinematografi yang indah dan musik yang menghantui, penonton seakan-akan ikut berada di ruang otopsi bersama kedua ahli forensik tersebut. Setiap sayatan pisau bedah dan setiap penemuan baru semakin menambah rasa penasaran dan ketegangan.

Akting dari Emile Hirsch dan Brian Cox juga patut diacungi jempol. Keduanya berhasil menghidupkan karakter mereka dengan sangat baik, terutama Brian Cox yang perannya sebagai ahli forensik senior memberikan nuansa misterius dan pengalaman yang kaya pada film ini.

Lebih dari Sekadar Film Horor

"The Autopsy of Jane Doe" bukan hanya sekadar film horor yang mengandalkan jump scare. Film ini menawarkan lebih dari itu. Dengan plot yang cerdas dan penuh teka-teki, film ini mengajak penonton untuk berpikir kritis dan mencoba memecahkan misteri bersama para karakter. Unsur supernatural yang muncul secara perlahan semakin menambah kedalaman cerita.

Kesimpulan

"The Autopsy of Jane Doe" adalah sebuah film horor yang cerdas, menegangkan, dan penuh kejutan. Film ini berhasil menggabungkan unsur horor, misteri, dan thriller dengan sangat baik. Bagi pecinta film horor yang mencari sesuatu yang berbeda dan lebih dari sekadar jumpscare, film ini wajib untuk ditonton.

Rating: ⭐⭐⭐⭐ (4/5 bintang)

Rekomendasi: Sangat direkomendasikan bagi penggemar film horor, thriller, dan misteri. Film ini akan membuat Anda terus berpikir dan merinding hingga akhir.

Popular Posts